Selasa, 11 November 2014

makalah dokumentasi keperawatan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dokumentasi adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dapat menjadi bukti secara hukum. Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memilliki nilai hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai “pegangan” bagi perawat dalam mempertanggung jawabkan dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena itu ada berbagai aturan dan kaidah yang harus ditaati oleh setiap perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.    Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan atau menghindari tindakan yang legal. Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons pasien.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik yang dituliskan dalam format yang telah disediakan dan harus disertai dengan pemberian “ tanda tangan” dan nama perawat serta harus menyatu dengan status / rekam medik pasien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, setiap langkah dari proses keperawatan memerlukan pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan harus didokumentasikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Dokumentasi Keperawatan?
2.      Apa Komponen Dokumentasi Keperawatan?
3.      Apa Tujuan Dokumentasi Keperawatan?
4.      Apa Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan?
5.      Apa Prinsip Dokumentasi Keperawatan?
6.      Bagaimana Proses Dokumentasi Keperawatan?
7.      Bagaimana Teknik Pencatatan ?
8.      Bagaimana Teknik Pencatatan Dokumentasi Asuhan Keperawatan?
9.      Bagaimana Standar Dokumentasi Keperawatan?
10.  Bagaimana Dokumentasi Pengkajian Keperawaatan?
11.  Bagaimana Dokumentasi Diagnose Keperawatan?
12.  Bagaimana Dokumentasi Intervensi Keperawatan?
13.  Bagaimana Dokumentasi Implementasi Keperawatan?
14.  Bagaimana Dokumentasi Evaluasi Keperawatan?
C.     Tujuan Penulisan
Penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini baik berupa tujuan umum maupun khusus. Adapun tujuan-tujuan tersebut antara lain :
1.      Tujuan Umum
            Penulis bertujuan agar pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Dokumentasi Keperawatan.
2.      Tujuan Khusus
Penulis bertujuan agar pembaca lebih mengenal dan memahami Dokumentasi Keperawatan.
D.    Manfaat Penulisan
Selain memiliki tujuan-tujuan, penulis pun menginginkan adanya manfaat-manfaat yang di dapatkan para pembaca melalui makalah ini. Manfaat-manfaat tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis.
1.      Manfaat Akademis
     Melalui makalah ini penulis berharap agar para pembaca dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai Dokumentasi Keperawatan. Demikian pula bagi penulis, makalah ini bermanfaat untuk dapat meningkatkan keterampilan dan menyajikan materi secara jelas dan sistematis.
2.      Manfaat Praktis
Selain memiliki manfaat secara akademis, penulisan makalah ini juga memiliki manfaat yang bersifat praktis bagi pembaca dan penulis. Para pembaca dapat lebih mengerti dan memahami Dokumentasi Keperawatan.  Sedangkan bagi penulis, akan memperoleh kepuasan intelektual. 




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi yaitu setiap penglihatan / bukti fisik dapat berupa tulisan, foto, video klip, kaset dan lain-lain, yang telah dilakukan dan dpat dikumpulkan / dipakai kembali (thyredot) atau semua data. Otentik yang dapat dibuktikan secara hukum dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan aturan dan dapat digunakan untuk melindungi klien (Informed Concent).
Dokumentasi keperawatan adalah metode sistematis untuk mengidenfikasi masih klien, merencanakan, menimplementasi strategi pemecahan masalah mengevaluasi efektifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan. (Kozier dan ERB)
Dokumentasi adalah suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata, dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. (Fisbach, 1991).
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan. (Zaidin Ali, 1998).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pondokumentasian adalah sebagai berikut :
1.      Informasi mencakup aspek biologis, psikologis, social, dan spiritual, yang terjadi pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh.
2.      Informasi yang diperoleh menjadi dasar bagi penegakan diagnosis keperawatan, pembuatan rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dan menjadi umpan balik selanjutnya.
3.      Informasi disusun secara ssitematis, dalam suatu format yang telah disetujui dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun hukum.



B.     Komponen Dokumentasi Keperawatan
Peran perawat sebagaimana kita ketahui adalah salah satunya dokumentasi sebagai pertanggungjawaban keperawatan, Akan tetapi akhir-akhir ini tanggung jawab perawat tehadap dokumentasi sudah berubah, Akibatnya, isi dan fokus dari dokumentasi telah dimodifikasi. Oleh karena perubahan tersebut ,maka perawat perlu menyusun suatu model dokumentasi yang baru, lebih efisien dan lebih bermakna dalam pencatatan dan penyimpanannya. Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek :
1.      Komunikasi
Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran, Untuk lebih efektif penyaluran ide tersebut, perawat memerlukan keterampilan dalam menulis, Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan yang akan dikerjakan oleh perawat. Kegunaan komunikasi :
a.       Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat
b.      Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan apa yang telah terjadi dan diharapkan terjadi
c.       Manfaat dan data pasien yang akurat dapat dicatat
d.      Penulisan catatan menggambarkan sesuatu yang kreatif
2.      Proses Keperawatan
Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat proses keperawatan, Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problemasolving dan riset lebih lanjut, format proses keperawatan merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari metode problema-solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, tindakan, Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan medis dapat sebagai petunjuk dan kesinambungan dalam proases keperawatan,dan dapat sebagai petunjuk adanya perubahan dari setiap tahap. Pendokumentasian Proses Keperawatan yang efektif adalah :
a.       Penggunaan standar terminologi (Pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi),
b.      Data yang bermanfaat dan relevan dikumpulkan kemudian dicatat sesuai dengan prosedur dalam catatan yang permanen,
c.       Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan klasifikasi dan analisa data yang akurat,
d.      Rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat sebagai bagian dari catatan yang permanen,
e.       Observasi dicatat secara akurat, lengkap dan sesuai urutan waktu,
f.       Evaluasi dicatat sesuai urutan waktunya, meliputi selama dirawat, dirujuk, pulang ataupun perubahan keadaan klien ,
g.      Rencana tindakan keperawatan yang direvisi berdasarkan hasil yang diharapkan dari klien.
3.      Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
Fakta tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian ditunjukkan pada keterampilan menuliskan sesuai dengan standar dokumentasi yang konsisten, pola yang efektif, lengkap dan akurat.Penggunaan Pola Standar Dokumentasi yang Efektif meliputi :
a.       Kepatuhan terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan oleh profesi atau pemerintah
b.      Standar profesi keperawatan dituliskan ke dalam catatan kesehatan, Data yang ada menjabarkan apa yang dilakukan pearawat, Perawat mempunyai kewenangan untuk merumuskan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan terhadap respon klien terhadap masalah kesehatan klien actual dan resiko/potensial.
c.       Peraturan tentang praktik keperawatan dapat dilihat pada catatan pelayanan kesehatan. Data yang tertulis menunjukan kegiatan perawat yang independen dan interdependen. Diagnosa keperawatan tidak secara khusus mempunyai ijin mendiagnosa masalah medis sebaliknya diagnosa medis tidak terdapat pada catatan keperawatan, tetapi diagnosa keperawatan dituliskan pada catatan, keperawatan.
d.      Pedoman akreditasi harus diikuti, Penekanan yang khusus pada data tentang kegiatan observasi dan evaluasi. Tahap pada proses keperawatan adalah dituliskannya data setiap klien pada waktu masuk rumah sakit sampai pulang.

C.     Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis dan hukum yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaannya.
Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk :
1.      Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan,
2.      Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Hal ini juga menyediakan :
a.       Bukti kualitas asuhan keperawatan
b.      Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien
c.       Informasi terhadap perlindungan individu
d.      Bukti aplikasi standar praktik keperawatan
e.       Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan
f.       Pengurangan biaya informasi
g.      Sumber informasi untuk data yang harus dimasukan
h.      Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan
i.        Informasi untuk murid
j.        Persepsi hak klien
k.      Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggung jawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien
l.        Suatu data keuangan yang sesuai
m.    Data perencanaan pelayanan kesehatan di masa akan datang,
Selain itu, dokumentasi juga diperlukan untuk :
a.       menghindari kesalahan, tumpang tindih dan ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan
b.      terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat  atau pihak lain melalui komunikasi tulisan.
c.       Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan
d.      Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan
e.       Perawat mendapat perlindungan secara hokum
f.       Memberikan data bagi penelitian, penulisan karya ilmiah, dan penyempurnaan standar asuhan keperawatan. ( Zaidin Ali, 1999 )

D.    Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek :
1.      Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum, Bila terjadi suatu masalah (minconduct) yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu, Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan, Oleh karena itu, data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah.
2.      Jaminan Mutu (Kualitas Pelayanan )
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat, Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keparawatan.
3.      Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang berkaitan dengan klien, Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.      Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan, Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien.
5.      Pendidikan
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai pendidikan ,karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
6.      Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bagian atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7.      Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapi tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.

E.     Prinsip Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi kepeawatan mempunyai 3 prinsip yaitu: Brevity, Legibility, dan Accuracy (Carpenitto, 1991) Prinsip-perinsip tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Brevity
Dalam melakukan pendokumentasian setiap petugas/perawat harus brevity, Brevity sendiri adalah ringkas, jadi kita dalam mencatat isi dokumentasi keperawatan harus ringkas dan tidak perlu memasukan kata-kata atau kalimat yang tidak penting dan mempunyai makna yang tidak sesuai. Misal :
a.       Intervensi: Berikan cairan infus RL 4 tetes/menit (ringkas/brevity)
b.      Intervensi: Berikan cairan infus ringer laktat 4 tetes per menit karena di sarankan oleh dokter bedah yaitu dr. AA Sp.D. yang jaga sihf pagi.( tidak brevity).
Dengan menuliskan catatatan yang ringkas dan mengenai inti masalah maka catatan dokumentasi akan mudah di pahami dan tidak memakan ruang dalam lembar yang tersedia.
2.      Legidibility
Legidibility yaitu dimana dalam penulisan/pencatatan dokumentasi keperawatan harus mudah dibaca dan di pahami oleh perawat lain atau profesi lain yang ikut dalam proses pendokumentasian. Misal :
a.       Perawat harus menuliskan catatan yang jelas yang bisa dibaca dan di mengerti oleh perawat lain, dan tidak menuliskan istilah-istilah yang tidak di pahami oleh orang lain. Semisal ada istilah baru maka harus segera di diskusikan ke semua tim untuk menggunakan istilah tersebut.
3.      Accuracy
Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada klien. Jadi kita harus memasukan data pada dokementasi keperawatan harus benar dan sesuai dengan data baik identitas, laboratorium dan radiologi pada setiap klien. Ini adalah aspek yang sangat vital dan tidak boleh salah atau tertukar dengan klien lain. Misal :
a.        Dalam memasukan data pemberian obat perawat harus teliti dan tidak boleh salah, obat yang resepkan untuk Tn. A tidak boleh di berikan kepada Tn. C.

F.      Proses Dokumentasi Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Mengumpulkan Data
b.      Validasi data
c.       Organisasi data
d.      Mencatat data
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Analisa data
b.      Identifikasdi masdalah
c.       Formulasi diagnosa
3.      Perencanaan / Intervensi
a.       Prioritas Masalah
b.      Menentukan tujuan
c.       Memilih strategi keperawatan
d.      Mengembangkan rencana keperawatan
4.      Pelaksanaan / implementasi
a.       Melaksanakan intervensi keperawatan
b.      Mendokumentasikan asuhan keperawatan
c.       Memberikan laporan secara verbal
d.      Mempertahankan rencana asuhan
5.      Evaluasi
a.       Mengidentifikasikan kriteria hasil
b.      Mengevaluasi pencapaian tujuan
c.       Memodifikasi rencana keperawatan

G.    Teknik Pencatatan
1.      Ditulis dengan tinta, dapat dibaca dengan jelas, bila terjadi kesalahan jangan dihapus tetapi dicoret, tulis perbaikan diatasnya serta beri tanda tangan yang merevisi
2.      Menulis nama klien dan tanggal pada setiap lembaran catatan perawatan
3.      Mencatat  kegiatan segera setelah melakukannya
4.      Mencatat dengan tepat bagaimana, bilamana dan dimana tindakan dilakukan, apa respon klien
5.      Selalu Menandatatangani dan menuliskan nama jelas setelah menuliskan pada catatan tentang suatu kegiatan
6.      Membedakan observasi dan interpretasi
7.      Jangan meninggalkan kolom kosong, beri tanda tangan jika tidak ada yang perlu ditulis
8.      Pergunakan istilah/simbol yang telah disepakati
9.      Hindari kata-kata yang tidak dapat ditukar seperti normal, baik, jelek, negatif, karena setiap pembaca akan memberi nilai yang berbeda Merupakan penulisan obyektif dari klien, bersumber dari apa yang dilihat, didengar, dibau, dan dirasakan dan bukan merupakan persepsi atau kesimpulan perawat

H.    Teknik Pencatatan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dalam pendokumentasian ada 3 teknik, yaitu : Teknik Naratif dan Teknik Flow sheet dan checklist. Teknik tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1.      Naratif
Bentuk naratif adalah merupakan pencatatan tradisional dan dapat bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber.
Sumber atau asal dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja, atau dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya yang unik. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologisnya.
Biasanya kebijakan institusi menggariskan siapa yang mencatat/melaporkan apa, bagaimana sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dimana.
Ada lembaga yang menetapkan bahwa setiap petugas kesehatan harus mencatat di formulir yang telah dirancang khusus, misalnya catatan dokter, catatan perawat atau fisioterapi atau petugas gizi.
Ada juga institusi yang membuat rancangan format yang dapat dipakai untuk semua jenis petugas kesehatan dan semua catatan terintegrasi dalam suatu catatan.
Berhubung sifat terbukanya catatan naratif (orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada setiap kondisi klinis. Tidak adanya struktur yang harus diakui memungkinkan perawat mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dan kejadian secara kronologis.
Keuntungan dan kelemahan pedokumentasian secara naratif:
Keuntungan catatan naratif :
a.       Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan dari kejadian dari asuhan/tindakan yang dilakukan
b.      Memberi kebebasan kepada perawat untuk mencatat menurut gaya yang disukainya
c.       Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, rekasi pasien dan outcomes
Kelemahan catatan naratif :
a.       Cenderung untuk menjadi kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan sebenarnya catatannya kurang berarti
b.      Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian besar catatan tersebut
c.       Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara menyeluruh
d.      Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan hati-hati untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien
e.       Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama
f.       Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu
2.      Flowsheet (bentuk grafik)
Flowsheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian obat.
Flow sheet yang selain untuk mencatat vital sing biasanya juga dipakai untuk catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian tentang asuhan keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow sheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis.
Lembar alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan, termasuk flowsheet instruksi dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien. Rangkaian informasi dalam sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan format khusus pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar. Flowsheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.

3.      Checklist adalah
Suatu format pengkajian yang sudah dibuat dengan pertimbang-pertimbangan dari standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat untuk mengisi dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai dengan keadaan pasien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka itupun sangat ringkas misal pada data vital sign.
Keuntungan model flowsheet dan checklist :
a.       Mudah dalam pengisian dan lebih cepat
b.      Alur sudah ada tinggal mengisikan dan tidak terputus-putus
c.       Mudah dalam mencari informasi per item pengkajian dan catatatan lain
Kelemahan model ini adalah :
a.       Tidak dapat menjabarkan pengkajian sesuai yang kita inginkan
b.      Harus mengikuti alur dalam pengisian flowsheet dan checklist.

I.       Standar Dokumentasi Keperawatan
Merupakan kebijakan / garis penetuan terhadap tindakan keperawatan yang diberikan atau ukuran / model terhadap hal yang sama tepat dengan akurat, yang berguna untuk mengorganisasikan kwalitas karateristik dan penampilan kerja dalam praktek keperawatan.
1.       Standar I.
 Pengumpulan data NCP sistematis tentang status kesehatan klien data yang diperoleh dibicarakan lalu ditulis / direkam.
2.      Standar 2.
Diagnosa keperawatan untuk didapat dari data status kesehatan.
3.      Standar 3.
Rencanan keperawatan dan hasil yang diharapkan diperoleh dari diagnosa keperawatan.
4.      Standar 4.
Rencana keperawatan secara media termasuk pendekatan secara medis untuk mengukur kemajuan penyakit yang didapat di diagnosa keperawatan.
5.      Standar 5.
Sikap perawat terhadap pasien sangat diperlukan bagi proses penyembuhan.
6.      Standar 6.
Sikap perawatan menolong pasien untuk meningkatkan kemampuan terhadap kesehatan.
7.      Standar 7.
Kemajuan dan kemunduran kesehatan klien ditentukan oleh klien dan perawat.
8.      Standar 8.
Kemajuan dan kemunduran dicatat dan didokumentasi serta revisi untuk rencanan keperawatan selanjutnya.

J.       Aspek Legal Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1.      Komponen umum data menurut hukum.
a.         Kondisi fisik, ental dan emosi
b.         Prilaku.
c.         Program pengobatan / perawatan.
d.        Respon pasien terhadap perawatan.
2.      Pedoman pencatatan data menurut hukum.
a.       Memahami dasar hukum dari tuntunan mal praktek bagi perawat yang terlibat.
b.      Memberikan informasi kondisi pasien secara tepat.
c.       Memperlihatkan fakta secara tepat dan akurat mengenai penggunaan proses keperawatan.
d.      Perhatikan terhadap situasi perawatan pasien.
Misalnya : Pasien dengan masalah yang konplek, situasi perawatan pasien yang membutuhkan intervensi care, perawatan klien penyakit akut.
3.      Metode pencatatan data.
a.       Penggunaan tinta
1)      Tinta hitam / biru.
2)      Tidak dibenarkan memakai pensil – mudah dihapus – mudah dimodifikasi.
b.      Tanda tangan.
1)      masing-masing catatan pada setiap kegiatan ditanda tangani oleh pembuatannya ( nama jelas dan gelar ).
c.       Kesalahan.
1)      dicoret, lalu diatasnya ditulis salah kemudian ditanda tangani.
2)      Tidak boleh dihapus / dihilangkan.
d.      Waktu.
1)      masing-masing catatan pad setiap kegiatan harus mencatat waktu / hari kapan tindakan tersebut akan telah dilakukan.
4.      Situasi yang memberikan kecendrungan pada tuntunan pengadilan.
a.       Kesalahan administrasi pengobatan.
b.      Kelemahan dalam supervisi pasien secara dan pengunaan alat.
c.       Kelainan dalam mengangkat /mengecek benda asing setelah operasi.
d.      Mengakibatkan pasien mengalami luka bakar.
e.       Pemberhentian obat oleh perawat.
f.       Tidak melakukan tekhnik antiseptik yang diharuskan.
g.      Tidak mengikuti peraturan dan prosedur yang diharuskan.
h.      Kelalaian tugas.
5.      Hubungan etika dalam legalitas dokumentasi keperawatan
a.       Menjaga kerahasian dan privacy catatan pasien.
b.      Kewajiban moral sehat dengan pencatatan elemen-elemen informed concent.
c.       Menjaga kerahasian pernyataan / keterangan saksi.
d.      Menjaga kerahasian hak pilih pasien.
6.      Pertanggung jawaban pelayanan keperawatan melalui dokumentasi keperawatan.
a.       Berpegang pada kode etik.
b.      Memberikan prioritas terhadap kebutuhan / masalah pasien.
c.       Menggunakan standar dalam mencatat.
d.      Menggunakan kebijaksanaan standar.
e.       Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kerja perawat secara luas dan prefesional.


K.    Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian adalah suatu proses yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Tujuan dari pendokumentasian data pengkajian keperawatan adalah sebagai berikut:
1.      Untuk meidentifikasi kebutuhan dan respons klien yang unik terhadap masalah-masalah dan akan ditegakan menjadi diagnosis keperawatan yang memengaruhi rencana intervensi keperawatan yang diperlukan.
2.      Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan diidentifikasi.
3.      Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin referensi dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.
4.      Untuk mengidentifikasikan definisi karakteristik sesuai respond an kondisi kesehatan klien yang akan memengaruhi rencana dan pemberian intervensi keperawatan.
5.      Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan intervensi keperawatan uang sesuai dengan kebutuhan klien.
6.      Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan yang efektif.
Tipe-tipe pengkajian
1.      Pengkajian awal
Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Pengkajian awal ini didokumentasikan pada bentuk chart khusus seperti formulir data keperawatan. Selama pengkajian awal ini perawat dapat mengidentifikasikan area-area masalah tertentu yang memerlukan pengkajian yang lebih dalam. Dalam kasus ini pengkajian menggunakan alat penilaian yang khusus dan terperinci. Pengkajian umum dan khusus pada pengkajian awal dapat memberikan tipe data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien dan mengawali serta merencanakan asuhan keperawatan klien.
2.      Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang diperoleh selama pengkajian awal. Ketika hubungan salng percaya antara perawat-klien semakin berkembang, maka klien akan berserdia untuk memberikan data tambahan secara rinci tentang status kesehatannya. Pendokumentasian yang dilakukan pada pengkajian lanjutan mmbuat dokumentasi keperawatan selalu diperbaharui (uptudate). Ketika data subjektif dan/ atau objektif terbaru telah dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat dianggap sebagai data penunjang. Beberapa contoh kapan data penunjang tersebut diperlukan dalam pendokumentasian adalah sebagai berikut :
a.       Ketika standar instansi memerlukan dokumentasi pengkajian lanjutan di unit perawatan intensif ( ICU), dimana para perawat diperlukan untuk mendokumentasikan pengkajian sistem tubuh atau tanpa perubahan seriap pengaturan dinas (shift)
b.      Ketika perawat harus menjelaskan atau mempertanggungjawabkan intensitas aktivitas rencana intervensi keperawatan seperti dalam kasus costing out bagirencana keperawatan.
c.       Ketika validitas informasi awal dipertanyakan maka pengkajian lanjutan digunakan untuk menguatkan keakuratannya (misalnya tekanan darah awal tinggi dan selanjutnnya diambil kembali untuk membenarkan observasi awal).
d.      Ketika reliabilitas data dihubungkan oleh klien dan dipertanyakan kepada perawat (ketika klien dibawah pengaruh obat/alcohol) dan penilaian selanjutnya digunakan untuk menguatkan keakuratannya.
3.      Pengkajian Ulang
Data pengkajian ulang adalah data-data yang diperoleh dari aktivitas evaluasi proses keperawatan. Ketika hasil evaluasi klien terlihat kurang berkembang terhadap criteria hasil dan hasil yang diharapkan, maka kemungkinan data yang telah diperoleh kurang tepat sehingga masalah kurang dapat teridentifikasi. Masalah yang kurang teridentifikasi mengakibatkan rencana intervensi yang disusun tidak sesuai dengan masalah yang sebenarnya terjadi. Namun , hasil evaluasi klien yang kurang berkembang dapat juga terjadi karena implementasi intervensi belum dilakukan dengan durasi atau intensitas yang cukup.

4.      Pengkajian Kembali
Pengkajian kembali berarti perawat harus memeriksa kembali data pengkajian sebelumnya untuk menemukan petunjuk baru bagi masalah-masalah klien atau harus mengembangkan data awal untuk mendapatkan data tambahan tentang klien. Dokumentasi pengkajian kembali menunjukkan pertanggung jawaban perawat untuk melanjutkan usaha penyelesaian masalah.
Metode dokumentasi pengkajian:
1.      Gunakan format yang terorganisir: riwayat kesehatan awal saat MRS, pengkajian pola persepsi kesehatan, riwayat medis dll.
2.      Gunakan format yang telah ada.
3.      Catat informasi tanpa bias.
4.      Masukkan pernyataan yang mendukung pasien.
5.      Jabarkan hasil observasi dan hasil dengan jelas.
6.      Ikuti prosedur dan kebijakan yang ada.
7.      Tulis data secara ringkas.

L.     Dokumentasi Diagnose Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah salah satu tahap proses keperawatan yaitu mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang dapat diatasi (ditangani,dikurangi,atau diubah) melalui intervensi dan manajemen kesehatan. Diagnosis keperawatan memakai pengkajian data sampai label pola respons pada masalah kesehatan. Diagnosis keperawatan itu sendiri merupakan sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat untuk menggambarkan respons klien pada masalah kesehatan baik actual maupun resiko. Kunci perumusan yang tepat pada diagnosis keperawatan adalah memakai proses pemecahan masalah yang meliputi tiga kompenen yaitu :
1.      Problem : pernyataan singkat mengenai masalah kesehatan aktual atau resiko yang dialami klien yang berhubungan dengan kebutuhan pelayanan perawatan.
2.      Etiologi : pernyataan singkat yang menunjukkan kemungkinan penyebab atau factor resiko pada masalah actual atau resiko yang dialami klien. ini termasuk masalah bio-psiko-sosial-spiritual-kultueral atau pengaruh lingkungan yang menyebabkan munculnya masalah.
3.      Sign dan symptom( tanda dan gejala) : pernyataan khusus tentang respons kl;ien yang sesuai dengan status kesehatan atau masalah kesehatanya yang dapat diatasi melalui asuhan atau manajemen keperawatan. Sign dan symptom merupakan data subjektif dan objektif yang dikumpulkan selama proses pengkajian.
Tujuan pendokumentasian diagnosis keperawatan
Maksud pendokumentasian diagnosis keperawatan :
1.      Menyampaikan masalah klien dalam istilah-istilah yang dapat dimengerti untuk semua perawat.
2.      Mengenali masalah-masalah utama klien pada pengkajian data.
3.      Mengetahui perkembangan asuhan keperawatan.
Kategori diagnosis keperawatan
Pada prinsipnya ada tiga jenis diagnosis keperawatan yaitu actual, resiko, dan potensial.
1.      Diagnosis keperawatan actual
Menunjukkan masalah yang sedang terjadi saat perawat melakukan pengkajian data. Setelah itu perawat akan memeriksa data, menentukan masalah yang ada (melalui definisi karakteristik), dan memantau perkembangan diagnosis keperawatan kemudian intervensi keperawatan yang dapat direncanakan dan diajukan.
2.      Diagnosis keperawatan resiko atau resiko tinggi
Menunjukkan masalah yang pada saat pengkajian mempunyai resiko untuk menjadi masalah actual jika tidak diberikan asuhan keperawatan yang tepat. Diagnosis keperawatan resiko ditujukan pada tindakan pencegahan atau mengintensifkan masalah yang beresiko terjadi.
3.      Diagnosis keperawatan potensial
Menunjukkan situasi potensial yang ditekankan pada pengamatan dan pemantauan. Selain keperluan data belum terkumpul untuk menegakkan diagnosis keperawatan, diagnosis keperawatan potensial tidak memerlukan asuhan keperawatan tetapi pengumpulan data yang terus menerus.
  1. Diagnosa keperawatan syndrome
Diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan actual atau risiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Contoh :  Sindrom disuse yang berhubungan dengan tindakkan pembedahan

Metode dokumentasi keperawatan diagnosa
Dalam melakukan pencatatan Dx.Keperawatan digunakan pedoman diagnosa yaitu :
1.      Gunakan format PES untuk masalah actual dan PE untuk masalah risiko dan Potensial
2.      Gunakan istilah Dx.Kep.yang dibuat dari NANDA atau yang lainnya.
3.      Mulai pernyataan Dx.Kep. dengan mengidentifikasi informasi tentang data untuk Dx. Kep.
4.      Masukkan pernyataan Dx.Kep. kedalam daftar masalah.
5.      Hubungkan setiap Dx.ketika menemukan masalah.
6.      Gunakan Dx.Kep. sebagai pedoman untuk perencanaan, intervensi dan evaluasi.
M.   Dokumentasi Intervensi Keperawatan 
Dokumentasi keperawatan dimulai dari pengumpulan data dan analisa masalah. Kemudian perawat memasukkan informasi ini dalam catatan perawatan untuk memikirkan rencana perawatan. Prioritas masalah klien berdasarkan hasil dan jenis tindakan perawatan yang memberikan koreksi terhadap cara kerja perawat demi pencapaian tujuan. Penetapan rencana perawatan yang lengkap adalah mekanisme dari proses keperawatan. Tujuan dari rencana perawatan adalah memberikan tindakan perawatan berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya,dan mencegah masalah baru yang akan timbul. Tujuan intervensi adalah sebagai pengantar untuk mengatur atau mendesain tindakan perawatan berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya, dengan sasaran mencegah, menghilangkan atau meminimalkan penyebab yang mempengaruhi status kesehatan tersebut.

Tujuan dokumentasi tahap perencanaan:  
1.      Sebagai kerangka kerja dalam implementasi keperawatan
2.      Merupakan inti dokumentasi keperawatan yang berorientasi pada masalah
3.      Sebagai referensi dalam melkukan modifikasi rencana keperawatan

Jenis Intervensi meliputi:
1.      Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah asuhan keperawwatan yang langsung sesuai dengan keadaan klien. Rencana keperawatan yang lebih dari satu harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan.
2.      Intervensi pemantapan/observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat di atas. Program yang lebih dari yang sangat menentukan kesehatan klien. Perawat harus dapat melihat perkembangan yang baik dan buruk dari klien seperti mengobservasi tanda-tanda vital. Tindakan keperawatan Surveilleance, meliputi :


a.       Tanda - tanda vital
b.      Kesadaran
c.       Produksi urine
d.      Monitor gula darah
e.       Monitor Blood Gas
f.       Pemeriksaan fisik jantung, paru dan lain-lain
g.      Observasi emosional ( tingkah laku, komunikasi dan lain- lain )
h.      Monitoring Jantung
i.        Monitoring respirasi
j.        Monitoring Janin
k.      Monitoring

l.        intake / output


3.      Intervensi Surveilens
Intervensi ini menyatakan tentang survei dat dengan melihat kembali data umum dan membuktikan kebenaran data. Dengan kata lain , sifatnya tidak langsung karena menyediakan data lebih dulu.
Komponen penting pada Dokumentasi Intervensi
Dokumentasi intervensi mengidentifikasi, mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi.
Why     : harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada dari hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan.
What    : ditulis secara jelas ringkas dari pengobatan / tindakan dalam bentuk Action Verbs.
When   : mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi. Pencatatan waktu melaksanakan intervensi sangat penting dalam hal pertanggungjawaban hukum dan efektifitas tindakan tertentu.
How    : tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatan yang lebih detail. Misalnya, “ miring kanan / kiri dengan bantuan perawat ” menandakan suatu prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan . Metode ini akan bisa meningkatkan dalam upaya – upaya penggunaan prosedur keperawatan yang tepat.
Who     : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggungjawaban.

Rencana tindakan keperawatan meliputi :
1.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2.      Kriteria hasil
Setiap diagnosa keperawatan hartus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien.
3.      Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawa mandiri, khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan maslaah klien dan antuan yang dterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.

Kriteria perencanaan harus mencakup: 
1.      Perumusan tujuan
a.       Berfokus pada masyarakat
b.      Jelas dan singkat
c.       Dapat diukur dan diobservasi
d.      Realistis
e.       Ada target waktu
f.       Melibatkan peran serta masyarakat
2.      Rencana tindakan
a.       Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan.
b.      Mengarah pada tujuan yang akan dicapai.
c.       Realistis.
d.      Disusun berurutan dan ada rasionalnya
3.      Kriteria hasil
a.       Menggunakan kata kerja yang tepat
b.      Dapat dimodifikasi
c.       Spesifik

Pentingnya dokumentasi rencana asuhan keperawatan : 
1.      Berisikan informasi yang penting dan jelas
2.      Sebagai alat komunikasi antara perawat dan perawat
3.      Memudahkan melaksanakan masalah keperawatan yang bekelanjutan.
4.      Dokumentasi yang ekslusif untuk pencatatan hasil yang diharapkan untuk pasien.

Tipe Dokumentasi Rencana Keperawatan
Ada dua tipe dokumentasi rencana keperawatan menurut Fischbach yaitu:
1.      Traditionally designed care plans
Tipe dokumentasi rencana  keperawatan ini menggunakan tiga pendekatan yaitu diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau instruksi keperawatan

2.      Standarlized care plans
            Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan standar praktik keperawatan dalam pendokumentasian yaitu:
a.       Rencana perawatan dicetak berdasarkan diagnasa medik atau prosedur khusus  seperti prosedur kateterisasi jantung, pembadahan, dan lain-lain. Tipe ini mengantisipasi respon terhadap prosedur yang dilakukan.
b.      Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini dagunakan berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa perawatan .
c.       Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar komputer. Perawat dapat  menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat dalam komputer. Dalam pelaksanaannya, perawat hanya memberikan tanda terhadap tindakan yg dipilih dari daftar masalah yang ada.

N.    Dokumentasi Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
Kegiatan yang dilakukan dalam dokumentasi implementasi adalah :
1.      Melanjutkan pengumpulan data dan pengkajian.
Pada saat melakukan kegiatan perawat tetap menjalankan pengkajian dan pengumpulan data. Contoh : Saat melakukan prosedur memandikan pasien ditempat tidur atau saat melakukan backrub, perawat akan memperoleh data tentang status fisik seperti kondisi kulitnyadan kemampouan pergerakannya
2. Melaksanakan intervensi keperawatan
3. Mendokumentasikan asuhan keperawatan
4. Memberikan laporan keperawatan secara verbal
5. Mempertahankan rencana asuhan
Pedoman dalam Melaksanakan Implementasi Keperawatan
Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,.1995) adalah sebagai berikut:
a.       Berasarkan respons klien.
b.      Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayananprofessional, hukum dan kode etik keperawatan.
c.       Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
d.      Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.
e.       Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan.
f.       Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upayameningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).
g.      Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.
h.      Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.
i.        Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
j.        Bersifat holistik.
k.      Kerjasama dengan profesi lain.
l.        Melakukan dokumentasi

Petunjuk Pendokumentasian Pelaksanaan (Implementasi):
1.      Gunakan ballpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak bila tulisan tidak jelas. Bila salah tidak boleh di tipp ex tetapi dicoret saja, dan ditulis kembali diatas atau disamping.
Contoh: RR: 24 kali/menit, Seharusnya RR: 42 kali/menit
RR: 24 kali/menit, RR : 42 kali / menit
2.      Jangan lupa selalu menuliskan waktu, jam pelaksanaan
Contoh 28 Mei 2008, pukul 18.00, memonitor tanda vital
                       RR : 42 kali/menit
                       Suhu : 39 C
                       Nadi : 98 kali/menit
                       TD :140/90 mmHg
3.      Jangan  membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis kesamping untuk mengisitempat yang tidak digunakan
Contoh: Mengukur suhu klien, hasil: suhu 39 C Hartifah, R.N
4.      Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan dilaksanakan gunamenghindari kealpaan (lupa)
5.      Gunakan kata kerja aktif, untuk menjelaskan apa yang dikerjakon.
Contoh : Memberikan obat tetes mata
6.      Dokumentasikan bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan
7.      Dokumentesikan aspekkeamanan, kenyamanan dan pengawasan infeksi terhadap klien. Juga tindakan-tindakan invasive harus dicatat.
Contoh : Memberikan kompres betadin pacia lokasi tusukan infus
8.      Dokumentasikan pula modifikasi lingkungan bila itu merupakan bagian dari tindakan keperawatan.
Contoh : Membatasi pengunjung, agar pasien dapat istirahat
9.      Dokumentasikan.persetujuan keluarga untuk prosedur khusus dan tindakan invasif yang mempunyai resiko tambahan.
10.  Dokumentasikan semua informasi yang diberikan dan pendidikan kesehatan yang diberikan.
11.  Dokumentasikan dengan jelas, lengkap, bukan berarti semua kalimat harus ditulis, tetapi kata‑kata kunci dan simbol­-simbol / lambang-lambang sudah baku/lazim dapat digunakan. Contoh: IVFD, NGT, dll
12.  Spesifik hindarkan penggunaan kata yang tidak jelas,bila perlu tuliskan ungkapan klienuntuk memperjelas maksud.­
13.  Rujuk ke petunjuk, kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk penggunaan forma

Tujuan Dokumentasi Pelaksanaan (Implementasi)
1.      Mengevaluasi kondisi kesehatan pasien dalam periode yang singkat (evaluasi formatif) stelah tindakan dilakukan.
2.      Mengetahui jumlah tenaga/jenis tenaga kesehatan yang terlihat langsung memberikanpelayanan kesehatan kepada pasien.
3.       Mengetahui jenis tindakan keperawatan yang telah diberikan.
4.      Mengetahui pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
5.      Dokumentasi legal intervensi keperawatan yang telah diberikan kepada klien dan keluargaya

Manfaat Dokumentasi Implementasi
1.      Mengkomunikasikan secara nyata tindakan tindakan yang telah dilakukan untuk klien.
2.      Menjadi dasar penentuan tugas
3.      Memperkuat pelayanan keperawatan
4.      Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan

O.    Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Tujuan
1.      Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
2.      Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
3.      Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
4.      Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
5.      Meneruskan rencana tindakan keperawatan
6.      Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
7.      Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
     
Manfaat
1.      Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
2.      Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah      diberikan.
3.      Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4.      Mendapatkan umpan balik.
5.      Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Jenis Evaluasi
1.      Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
2.      Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
3.      Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

Hal – hal yang ada dalam Evaluasi
1.      Kecukupan informasi
2.      Relevansi faktor-faktor yang berkaitan
3.      Prioritas masalah yang disusun
4.      Kesesuaian rencana dengan masalah
5.      Pertimbangan fator-faktor yang unik
6.      Perhatian terhadap rencana medis untuk terapi
7.      Logika hasil yang diharapkan
8.      Penjelasan dari tindakan keperawatan yang dilakukan
9.      Keberhasilan rencana yang telah disusun
10.    Kualitas penyusunan rencana
11.    Timbulnya masalah baru.

Hasil Evaluasi
1.      Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
2.      Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan
3.      Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective)    : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan.
O (Objective)  : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis)     : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning)        : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.
Contoh: dx medis: batuk dg produksi secret purulen
dx keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi secret yg berlebih
implementasi:  1. Monitoring status pernafasan
                        2. Menganjurkan pasien minum air hangat
                        3. Mengkolaborasikan dg dokter pemberian mukolitik
                        4. Melakukan fisioterapi dada: postural drainase dan claaping
                        5. Mengajarkan batuk efektif
                        6. Mengkaji karakteristik secret: konsistensi,jumlah,warna, dan bau
                        7. Mengkolaborasikan pemeriksaan secret secara laboratorium
evaluasi :    S : pasien mengatakan sudah lebih bisa bernafas lega tapi masih merasa berat saat bernafas
                  O : k/u baik, RR 20x/i, masih menggunakan otot bantu pernafasan, secret purulen dg produksi  ± 4 ml warna hijau berbusa dan berbau
                  A : masalah teratasi sebagian
                  P  : lanjutkan intervensi no 1,2,4, dan 6









BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dokumentasi proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya. pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitasn dan kwantitas dokumentasi yang dipertimnbangklan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik.
B.     Saran
Penulisan makalah  ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai pihak, antara lain:
1.               Sebaiknya setelah melakukan segala tindakan dalam proses keperawatan selalu melakukan pencatatan yang disebut dengan dokumentasi keperawatan. Karena dokumentasi keperawatan merupakan data yang akurat dan adekuat.
2.               Bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang metode pendokumentasian pengkajian.








DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UIP
Alimul Aziz. 2000. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika
Nursalam. 2008. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Wahid Abd. 2012. Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogjakarta: Nuha Medika